Islam mulai bersemi di wilayah Maghrib - Afrika Utara
- pada tahun 642 M. Setelah melalui berbagai ekspedisi penaklukan, seluruh
wilayah Maghrib yang meliputi Aljazair, Mesir, Libya, Maroko, Sudan, Tunisia
akhirnya berhasil dikuasai Islam pada awal abad ke-8 M. Sejak itulah, di
wilayah Maghrib mulai menggeliat aktivitas intelektualitas, salah satunya
adalah studi matematika.
Matematika menjadi salah satu ilmu
yang digemari masyarakat Afrika Utara. Saat ini, tercatat terdapat 2.000 doktor
matematika yang tersebar di
Afrika Utara. Sedangkan di Selatan Sahara terdapat 1.000 matematikus bergelar
doktor.
Ali Mostafa Mosharafa tercatat sebagai matematikus Maghrib pertama yang
meraih gelar doktor dari University of London pada tahun 1923. Begitu banyaknya
doktor matematika yang terdapat
di benua 'hitam' itu menunjukkan betapa masih kuatnya pengaruh studi di era
keemasan Islam.
Dalam tulisan Prof Ahmed Djebbar seorang guru besar pada University of
Sciences and Technologies Lille I di Lille,
Prancis
berjudul Mathematics in the Medieval Maghrib membagi perkembangan matematika di era kejayaan Islam di Afrika
Utara.
Periode pertama
Masa kelahiran dan perkembangan pertama matematika di Maghrib yang berlangsung dari abad ke-9 M hingga 11
M. para ilmuwan
muslim menggunakan huruf-huruf abdjad dalam menuliskan karangan-karangan
mereka. Hisab allumal (penggunaan huruf abjad sesuai dengan nilai angkanya)
digunakan oleh bangsa Arab dalam masa yang panjang dalam bcrbagai ilmu dan
urusan perdagangan. Pengaruh hitungan ini tampak pada tabel astronomi dan
hitungan bcrat bcrbagai metal. Pengenalan angka-angka India-Arab serta
perluasan penggunaannya di dunia Arab dan Islam adalah berkat jasa ilmuwan
terkenal, Muhammad bin. Musa al-Khawarizmi (164-235 H), yang menulis buku
tentang angka-angka India-Arab. Dengan demikian, bentuk-bentuk dari angka-angka
India-Arab mulai menempati huruf-huruf abjad.
Periode kedua
Perkembangan matematika pada
erat kekuasaan Kerajaan Almohad yang berlangsung dari abad ke-12 M hingga 13 M.